Tergolong Sebagai Ikan yang Kuat
Dilansir dari Aquarium Source, ikan ini banyak disukai oleh penggemar ikan hias karena kepribadiannya. Meskipun ganas, ikan dengan warna indah ini bisa membangun sebuah relasi dengan pemiliknya dan bahkan dapat memohon-mohon untuk diberi makan layaknya tingkah seekor anjing.
Meskipun keberadaan dari ikan ini membahayakan perairan, tetapi banyak masyarakat yang menjadikan ikan unik ini sebagai peliharaan di akuarium. Faktanya memang ikan asal Nikaragua ini mempunyai motif yang hampir serupa dengan ikan lou han, sehingga banyak orang yang justru malah semakin ingin memeliharanya.
Sesuai dengan namanya, warna merah yang ada pada ikan red devil tersebut memang sangatlah mencolok bila diletakan di dalam akuarium.
Asal Mula Ikan Red Devil di Indonesia
Seperti yang telah dijelaskan pada poin sebelumnya, ikan ini bukanlah spesies asli dari Indonesia. Meski demikian, ikan ganas ini sudah dapat dengan mudah ditemukan di perairan air tawar Tanah Air. Peneliti mengungkapkan bahwa ikan yang memiliki gigi tajam ini sudah masuk ke Indonesia pada sekitar tahun 1990-an, dibawa dari Singapura dan Malaysia lalu disebarkan di beberapa waduk buatan di Indonesia.
Peneliti juga mengungkapkan bahwa banyak ikan merah cantik yang dengan sengaja dilepas di perairan Indonesia oleh para penggemar ikan hias dengan berbagai alasan yang salah satunya adalah keganasan dari ikan ini. Pelepasan ikan ini dilakukan tanpa pengkajian yang jelas sehingga mengakibatkan populasi ikan red devil di alam liar meluas dengan cepat, bahkan hingga mendominasi serta merusak perairan tersebut.
Ciri fisik ikan red devil
Red devil cichlid memiliki banyak variasi struktur tubuhnya. Di alam liar seringkali warnanya cokelat tua hingga abu-abu. Itu dipengaruhi pembauran dengan lingkungan alamnya. Ada juga yang tetap tampak berwarna merah cerah. Beberapa ikan red devil memiliki ekor dan sirip berujung hitam. Mulutnya tebal dan kenyal, berwarna hitam atau oranye.
Ikan ini dikenal sebagai salah satu jenis cichlid yang paling ganas dan agresif. Mengutip Fishkeeping World, dinamai sebagai red devil, karena memiliki gigi besar, rahang kuat, dan perilaku agresif. Red devil semasa tumbuh bisa hidup bersama ikan lainnya. Tapi, saat dewasa red devil akan menyerang atau memangsa ikan spesies lain yang berukuran lebih kecil.
Red devil suka menghuni perairan terbuka dan jarang ditemukan di sungai. Ikan red devil menyukai dasar pasir halus yang banyak tempat persembunyian di antara batu dan kayu. Biasanya ikan red devil ditemukan di area bebatuan dan batang kayu yang terendam.
Gigi besar dan rahang kuat menunjukkan, spesies ini pemangsa atau predator. Red devil memakan ikan kecil, siput, larva serangga, cacing, dan organisme di bagian bawah air lainnya.
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.
Kemunculan ikan Red Devil sempat membuat geger karena mengganggu ekosistem asli di Danau Toba. Ternyata setelah diteliti ikan tersebut mampu mengatasi persoalan stunting.
Bupati Toba Poltak Sitorus menyebut ikan Red Devil bisa menjadi kuliner olahan yang lezat. Meski diakuinya ikan itu menjadi ancaman tersendiri.
"Ini persoalan yang harus kita buat jadi berkah, tidak bisa kita tangkap lalu kita ganti, tapi manfaatkan yang ada ini lalu kita tambah nilainya," ungkap Poltak saat acara KaTa Kratif Toba, Rabu (19/7/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Poltak menambahkan ikan Red Devil sudah diolah menjadi keripik, bakso, dan olahan lainnya. Namun begitu, ia menyebutkan saat ini, pihaknya memerlukan peralatan untuk memproduksi olahan ikan Red Devil tersebut.
"Sekarang yang kita perlukan itu peralatan terkait itu untuk bikin keripik, bakso dan lain-lain. Ibu-ibu ini yang paling buat solusi," ujarnya.
Dirut Badan Pelaksana Otorita Danau Toba (BPODT) Jimmy Bernando Panjaitan menyebutkan bahwa ikan Red devil ini memiliki rasa yang gurih.
"Kalau digoreng kering, ternyata lebih enak dibanding ikan selar. Mungkin kita beri dorongan agar jadi oleh-oleh," tutur Jimmy.
Jimmy mengatakan daging ikan Red Devil ini sudah diuji di laboratorium Institut Pertanian Bogor (IPB) yang memiliki kandungan protein lebih tinggi dibanding ikan nila.
"Dagingnya sudah dibawa ke IPB Bogor, kandungan protein ternyata lebih tinggi dari nila, jadi kalau kita bisa olah untuk makanan bisa untuk cegah stunting, cuma cita rasanya kurang dan ini bisa kita buat inovasi," ucapnya.
"Ikan endemik di Danau Toba itu sebenarnya mujair. Kemudian muncul ikan Red devil yang dulu nnggak tahu siapa bawa, ini ikan predator, dimakanlah mujair ini," pungkasnya.
adjar.id – Adjarian, sudah pernah mendengar mengenai ikan red devil?
Ikan red devil adalah salah satu jenis ikan yang mempunyai bentuk yang sangat indah dan cantik.
Akan tetapi, dari kecantikan bentuknya, ikan ini adalah jenis ikan yang berbahaya, lo.
Ikan red devil termasuk ikan predator yang akan memangsa jenis-jenis ikan lainnya.
Meski begitu, ternyata ikan red devil masih digemari oleh masyarakat untuk dipelihara sebagai ikan hias.
Padahal, ikan ini sangat berbahaya bagi kelangsungan hidup jenis-jenis ikan dan ekosistem air.
O iya, ikan red devil ini hidup di air tawar, seperti sungai, danau, kolam, dan lain sebagainya.
Lalu, apa sebenarnya ikan red devil tersebut dan bahaya bagi lingkungan?
Yuk, kita cari tahu bersama, Adjarian!
Baca Juga: Bagaimana Cara Mengetahui Ikan Cupang sedang Bahagia atau Sedih?
Pengertian Ikan Red Devid
Ikan red devil adalah jenis ikan air tawar yang habitat aslinya berada di perairan Amerika Tengah.
Penampilan ikan red devil sangat cantik dan indah, selain itu memiliki ukuran yang besar dan agresinya sangat menarik di dalam akuarium.
Sehingga, ikan ini banyak dipilih oleh beberapa orang untuk dipelihara.
O iya, ada dua jenis ikan red devil, yaitu Amphilophus labiatus dan Amphilophus citrinellus.
Nah, meski berhabitat di Amerika Tengah, ikanred devil ini ternyata sudah banyak tersebar di Indonesia, lo.
Tempat-tempat yang banyak dihuni oleh ikan red devil yaitu Waduk Sermo, Danau Toba, Kedung Ombo, dan lain sebagainya.
Ikan red devil jenis Amphilophus labiatus bisa mencapai panjang dengan besaran sampai 38 cm atau 15 inci.
Sementara ikan red devil jenis Amphilophus citrinellus panjangnya bisa mencapai 25 sampai 35 cm.
Baca Juga: Jenis-Jenis Ikan Guppy Koi, Salah Satunya Guppy Platinum Koi
Ikan red devil ternyata sangat tidak disarankan untuk dipelihara di dalam akuarium bersama ikan-ikan lain.
Hal ini karena ikan red devil bisa memangsa ikan-ikan lainnya karena ikan ini termasuk ikan predator.
Bahaya Ikan Red Devil bagi Lingkungan
Adjarian, ikan red devil merupakan jenis ikan predator yang menjadi awal mula penyebab rusaknya keanekaragaman hayati di Indonesia.
Ikan predator ini merupakan ikan yang keberadaan dan penyebarannya bisa menyebabkan terjadinya kerugian bagi lingkungan dan kesehatan masyarakat.
Ikan red devil menjadi predator dari penghuni beragam keanekaragaman hayati di air tawar, seperti ikan kecil, serangga, siput, dan lain sebagainya.
Nah, ikan red devil termasuk ikan yang sangat agresif dan bisa mengejar mangsanya sampai dapat.
Pemerintah Indonesia juga sudah mengatur dalam Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan No.19 tahun 2020.
Peraturan tersebut menjelaskan tentang larangan pemasukan, pembudidayaan, peredaran, dan pengeluaran dari jenis ikan yang berbahaya.
Baca Juga: Cara Memelihara Ikan Hias Air Laut
Dampak adanya ikan red devil ini adalah rusaknya populasi ikan endemic di Danau Toba yang menurun.
Selain itu, populasi ikan yang bernilai ekonomis tinggi juga menurun karena dimangsa oleh ikan red devil.
Nah, itu tadi Adjarian, pengenalan kita dengan ikan red devil dan bahayanya bagi lingkungan.
Dari mana asal atau habitat asli ikan red devil?
Petunjuk: Cek halaman 2.
Ikan Red Devil – Terdapat berbagai ragam jenis ikan hias. Salah satu yang tidak kalah populer ialah ikan red devil. Meskipun bernama red devil, tetapi ikan ganas yang satu ini tidak ada hubungannya dengan klub sepak bola asal Inggris, Manchester United.
Diklasifikasikan oleh Albert Günther pada tahun 1864, ikan red devil atau ‘setan merah’ banyak dipelihara oleh masyarakat karena memiliki penampilan yang cantik. Meskipun indah untuk dipandang, ikan ini pernah menjadi masalah serius di Danau Toba, lho! Masalah apa itu? Jika penasaran, langsung aja simak artikel berikut ini untuk mendapatkan informasi selengkapnya!
Ikan Red Devil Memangsa Ikan Endemik Danau Toba
Dari penjelasan sebelumnya, Grameds sudah tahu jika ikan ganas ini tak akan segan untuk melukai maupun membunuh ikan lain. Nah, perilaku agresifnya tersebut sempat menjadi permasalahan di perairan Danau Toba pada April 2022 silam.
Kemunculan dari Amphilophus labiatus di danau vulkanik tersebut diduga karena dilepas dengan sembarangan oleh masyarakat sekitar. Mungkin tampak sepele, tetapi pada kenyataannya ikan pemangsa yang lepas ini sudah memangsa banyak ikan endemik di Danau Toba.
Spesies Amphilophus labiatus sendiri merupakan golongan omnivora. Grameds dapat memberikannya daging, sayur, dan serangga seperti jangkrik ataupun cacing. Akan tetapi, karena memiliki sifat yang agresif juga memungkinkan ikan red devil memangsa ikan lain yang memiliki ukuran lebih kecil.
Para setan merah ini, lantas menjadi spesies invasif di Danau Toba. Jika dibiarkan begitu saja, tentu akan menyebabkan populasi ikan endemik menjadi berkurang. Untungnya, masyarakat setempat telah mengerahkan upaya untuk menangkap ikan-ikan ganas tersebut dengan tujuan untuk menjaga keseimbangan ekosistem.
Ikan Hias yang Bisa Dikonsumsi
Berbeda dengan jenis ikan hias lain, ikan red devil tergolong sebagai jenis ikan yang bisa dikonsumsi. ikan ini juga memiliki kandungan Asam Amino dan protein yang tinggi serta sangat baik untuk dikonsumsi baik oleh berbagai kalangan baik anak-anak hingga ibu hamil. Bahkan beberapa orang menyebut jika rasa dari ikan ini lebih enak jika dijadikan sebagai olahan kripik, difillet, dan digoreng.
Habitat dan Makanan Ikan Red Devil
Ikan yang masih berkerabat dengan ikan lou han ini senang berada di perairan terbuka dan jarang ditemukan di sungai. Ikan pemangsa ini lebih senang untuk berada di dasar pasir halus yang memiliki banyak tempat persembunyian di antara batu maupun kayu. Umumnya, ikan ini dapat ditemukan di sela-sela bebatuan maupun batang kayu yang terendam.
Rahang kuat dan gigi besar menunjukkan, bahwa spesies ini merupakan spesies pemangsa atau predator. Ikan ini memakan ikan kecil, cacing, larva serangga, siput, dan organisme lainnya yang berada di bagian bawah air.
Bila dalam aquarium, ikan ini merupakan omnivora yang akan memakan segala yang Grameds berikan. Sebaiknya, mencukupi sumber protein ikan ini dengan cacing tanah, cacing darah, dan jangkrik.
Selain itu, Grameds juga dapat memberikan sayuran untuk menyeimbangkan pola makan ikan dari ikan hias ini dan melindungi mereka dari berbagai penyakit. Berikan makanan untuk ikan rakus ini dalam beberapa hari. Berikut, beberapa sumber nutrisi yang baik untuk ikan red devil:
Ikan Red Devil Termasuk Agresif
Penamaan red devil bukan karena warna tubuh dari ikan ini yang merah cerah, melainkan karena perilaku agresif yang dimilikinya. Berdasarkan Fishkeeping World, tak jarang si setan merah mengejar ikan-ikan lain untuk sekadar “olahraga”, menggigit, dan bahkan membunuh mereka.
Dikarenakan perilaku red devil yang ganas tersebut, penghobi ikan hias lebih kerap menempatkan si setan merah ke tempat yang terpisah dari spesies lain. Meski demikian, bahkan dengan jenis yang sama pun ikan bertaring tajam ini tetap menunjukkan sifat agresif, kecuali dengan pasangannya. Jadi, untuk mencegah terjadinya pertikaian antar red devil yang belum kawin, sediakan banyak tempat bersembunyi untuk ikan di akuarium.
Selain kepada sesama ikan, Amphilophus labiatus juga ganas terhadap benda-benda yang ada di sekitarnya. Dianugerahi dengan rahang yang kuat dan gigi yang tajam, si setan merah tak akan segan-segan menyeruduk kaca akuarium, menghancurkan peralatan akuarium, dan bahkan menggigit pemiliknya, lho!
Berkerabat Dengan Ikan Lou Han
Membaca nama red devil mungkin membuat Grameds menjadi bertanya-tanya, jenis ikan apa red devil ini? Jadi, ikan berwarna merah terang ini memiliki nama ilmiah Amphilophus labiatus. Nah, genus yang dimiliki oleh red devil ini sama dengan ikan lou han, yakni Amphilophus, sehingga kedua ikan tersebut masih memiliki hubungan kekerabatan.
Selain itu, ikan ini tidak berasal dari Indonesia, melainkan Amerika Tengah. Secara spesifik, ikan setan merah adalah spesies endemik yang berasak dari perairan Nikaragua, seperti Danau Nikaragua, Danau Managua, dan Danau Xiloa.
Amphilophus labiatus lebih sering ditemykan perairan air tawar berupa danau daripada di sungai. Selain itu, Seriously Fish mengungkapkan bahwa bahwa spesies ini umumnya ditemukan di perairan yang memiliki banyak batu sebagai tempat mereka untuk berenang di antara celah-celah batu tersebut.
Meskipun memiliki nama setan merah, warna tubuh dari ikan yang mampu hidup hingga 10–12 tahun ini ternyata tidak hanya merah. Ada juga ikan red devil yang memiliki warna putih, abu-abu, cokelat, merah muda, dan kuning.
Karakteristik lainnya yang dimiliki oleh ikan ini ialah berupa bibir besar yang dapat Grameds lihat pada Amphilophus labiatus liar. Ikan ini mencapai kematangan seksual pada usia 3 tahun, Fishkeeping World menyatakan bahwa spesies ini dapat tumbuh hingga 38 cm dan berat yang mencapai 1,2 kg.
Untuk penampilan ikan jantan dan betina sendiri, tak terlalu ada perbedaan yang mencolok. Hanya saja, berdasarkan Aquarium Source, red devil jantan umumnya memiliki ukuran yang lebih besar. Mereka juga mempunyai benjolan di kepala yang lebih tampak ketika musim kawin dan papila genital yang meruncing.
Ikan Red Devil Dilarang di Indonesia
Ikan predator ini pernah muncul serta menghebohkan ekosistem air tawar di Danau Toba, Sumatera Utara. Aksi brutal dari ikan red devil menjadikan populasi ikan endemik menjadi menurun serta merugikan nelayan setempat.
Kemunculan dari ikan buas ini ternyata juga terjadi di banyak daerah lain di Indonesia. Si setan merah ini dapat ditemukan di beberapa daerah, seperti Waduk Sermo, Kulon Progo dan Waduk Wonorejo, Tulungagung. Populasi ikan agresif ini menjadi sangat banyak dan memangsa ikan-ikan lain yang mempunyai nilai ekonomis lebih tinggi.
Pemerintah RI pun sudah merilis peraturan yang melarang persebaran ikan red devil di Indonesia. Larangan tersebut diatur melalui Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 19 Tahun 2020 tentang Larangan Pemasukan, Pembudidayaan, Peredaran dan Pengeluaran Jenis Ikan Yang Membahayakan dan atau Merugikan Dalam dan Dari Perairan Negara Republik Indonesia
Cara Memelihara Ikan Red Devil
Walau dikenal berbahaya, ikan ii tetap digandrungi oleh para pecinta ikan hias. Walau begitu, ikan jenis ini tak cocok dipelihara oleh pecinta ikan hias pemula. Pasalnya, tempat yang disediakan untuk memelihara ikan ini harus cukup luas serta perawatan yang lebih rumit.
Terlepas dari sifatnya yang ganas, ikan penyendiri ini merupakan ikan yang tangguh. Meskipun begitu, Grameds harus memerhatikan beberapa hal supaya mereka bisa tumbuh dengan maksimal.
Pertama, pastikan bahwa ukuran akuarium cukup besar bagi ruang gerak ikan ini karena mereka merupakan perenang yang aktif. Aquarium Source menyarankan bahwa Grameds untuk memilih akuarium yang memiliki ukuran 180x70x70 cm atau lebih.
Di samping itu, memperhatikan tingkat keasaman dan suhu air akuarium juga tak kalah penting. Usahakan temperatur air dalam akuarium berada pada kisaran 21–26 derajat Celsius dengan pH 6–8.
Grameds memerlukan setidaknya 55 galon atau 208L air untuk satu ikan red devil. Bila ada dua ikan red devil, maka Grameds memerlukan akuarium atau tangki yang lebih besar setidaknya dengan 125 galon atau 473L air. Sementara, dibutuhkan setidaknya 200 galon lebih atau sekitar 757L air untuk menampung beberapa ikan red devil sekaligus di tempat yang sama.
Selain wajib memperhatikan kapasitas air, Grameds juga harus rajin menguras atau mengganti air akuarium dengan teratur. Ikan ini merupakan jenis ikan yang senang hidup di tempat yang sama seperti habitat aslinya. Jadi, sebaiknya lapisi bagian bawah akuarium dengan menggunakan pasir halus dan beri batu serta kayu sebagai tempat mereka bersembunyi.
Pastikan juga untuk menjaga oksigen yang terpenuhi dan sehat sebagai tempat hidup ikan cantik ini.